St Odilia, yang dikenal juga sebagai St Ottilia, dilahirkan di Obernheim, suatu desa di pegunungan Vosge, Perancis pada tahun 660, dari pasangan bangsawan Aldaric dan Bereswinda. Aldaric seorang tuan tanah yang kaya raya. Karena puterinya lahir buta, Aldaric berniat membunuhnya, sebab ia berpendapat bahwa kebutaan itu amat memalukan serta merendahkan martabat keluarga. Tak ada jalan lain bagi Bereswinda selain dari melarikan bayinya yang malang ke suatu tempat yang aman. Seorang ibu petani yang dahulu bekerja sebagai pembantu di rumahnya bersedia menerima anak itu. Ketika peristiwa pelarian ini diketahui, Bereswinda menyuruh ibu pengasuh melarikan bayinya ke Baumeles-Dames, dekat Besancon. Di sana ada sebuah biara para suster. Untunglah suster-suster di biara bersedia menerima dan merawat Odilia.
Hingga usianya duabelas tahun, gadis kecil ini belum juga dibaptis. Pada suatu hari Tuhan menggerakkan Santo Erhart, Uskup Regensburg, untuk pergi ke Biara Baumeles-Dames, tempat gadis kecil itu berada. Bapa Uskup membaptisnya dengan nama Odilia. Ketika disentuh oleh minyak krisma pada saat pembaptisan, seketika itu juga matanya terbuka dan ia dapat melihat! Uskup Erhart memberitahukan mukjizat ini kepada keluarga Aldaric. Tetapi sang ayah tetap bersikukuh menolak untuk mengakui Odilia sebagai puterinya. Hugh, kakak Odilia yang terkesan akan mukjizat penyembuhan adiknya, berusaha mempertemukan Odilia dengan ayahnya. Melihat kenekatan Hugh, bangkitlah murka sang ayah; ia menjadi berang, lalu menebas kepala puteranya dengan pedang. Akhirnya, Aldaric menyesali perbuatannya yang keji dan bersedia menerima Odilia sebagai puterinya.
Odilia meneruskan karyanya di Obernheim bersama kawan-kawannya. Dia membaktikan diri dalam karya-karya amal membantu mereka yang miskin papa dengan semangat pengabdian dan cinta kasih.
Ayahnya bermaksud menikahkan Odilia dengan seorang pangeran. Odilia menolak; tetapi karena ayahnya terus memaksa, Odilia melarikan diri dari rumah. Aldaric akhirnya mengalah dan membujuk puterinya pulang; ia bahkan mengijinkan Odilia mengubah istananya di Hohenburg menjadi sebuah biara. Odilia menjadi kepala biara dan di kemudian hari membangun sebuah biara lain, Biara Odilienberg, di Niedermunster. Di sanalah ia membaktikan diri dalam karya bagi Tuhan dan sesama hingga wafatnya pada tanggal 13 Desember 720.
kau tau apa arti dari ODILLIA? itu berarti PUTRI YANG TERANG :)
Sabtu, 06 Agustus 2011
Kamulah Surga Terakhirku (Part 6)
Pagi harinya, saat Bryan hendak mengirim SMS kepada inka ia lupa menaruh HP’nya dimana. Ia mencari-cari di semua sudut kamarnya. Sesaat kemudian ia ingat bahwa ia menaruh HPnya dikantong jaket yang ia pakai malam tadi. Saat mengeluarkan HPnya, tiba-tiba ada sepucuk surat yang ikut jatuh, lalu ia pun mengambilnya dan langsung membacanyaa .…
Dear my brother Bryan,
Terima kasih buat semua yang udah kamu kasih ke kakakku. Ia sungguh beruntung mempunyai seorang kekasih sepertimu. Karna aku, dia merelakan kebahagiaannya sendiri. Mungkin selama ini kamu bertanya-tanya mengapa sikap Inka berubah seperti ini. Ya, aku ini Chika saudara kembar dari Inka. Selama ini aku hidup terpisah dengan Kak Inka. Karna paman tidak memiliki keturunan, maka ia diijinkan untuk mengasuhku. Meskipun aku di Singapura dan kakak di Jakarta, hubungan kami terasa erat sekali.
Suatu hari dokter memvonis jika jantungku tidak dapat bekerja dengan maksimal lagi. Mendengar ini Kak Inka langsung terbang ke Singapura dan ia bersedia mendonorkan jantungnya. Tapi semua keluarga menentangnya, dan aku sendiripun mendengar pertengkaran hebat itu …
“Papa, mama Inka mau mendonorkan jantung Inka buat adek”
“Apaaa? Inka, kamu nggak usah berbuat seperti itu” sahut Papanya dengan nada menentang
“Tapi papa, Inka selama ini sudah hidup dengan bahagia. Sedangkan adek? Ia jarang keluar rumah karna dokter khawatir jika jantungnya kambuh lagi. Inka sudah cukup untuk menikmati dunia ini. Sekarang giliran adek yang merasakannya. Kasian jika ia terus-terusan dilarang untuk melakukan sesuatu yang diinginkannya” tutur inka
“Tapi sayang, kamu nggak harus berbuat yang seperti ini”
“Mama, tolong hargai keputusan Inka”
“Tapi dokter tidak membolehkan jika pendonor jantung dalam keadaan yang sehat” jawab paman inka
Kak inka terdiam sejenak, ia lalu memutuskan untuk pergi ke kamar mandi. Disana ia memotong nadinya, sebelum itu ia mengirimkan SMS kepada pamannya
From Inka
+6285727709922
Paman, Inka siap untuk mendonorkan jantung Inka.
Suruh dokter untuk segera melakukkan operasi. Inka
sekarang sudah siap di toilet.
Lalu paman, papa dan mama sontak langsung menuju ke toilet terdekat, ia melihat Inka sudah bersimbah darah. Ia memotong nadinya sendiri. Tubuhnya sudah tak bernyawa akibat kehilangan banyak darah. Lalu dokter melakukan operasi cangkok jantung untukku, oleh karna itu sekarang aku masih bisa bertahan hidup. Ini semua karna pengorbanan besar kak Inka.
Sebenarnya, saat di Jakarta kemarin aku ingin mengucapkan rasa terima kasihku kepadamu karna kamu telah menemani Kak Inka selama ini. Tapi aku tidak tega melakukkan itu semua. Lalu aku memutuskan untuk menulis surat ini. Maaf telah sedikit berbohong kepadamu, sekali lagi terima kasih.
Your sister,
Chika
Sontak air mata mengalir deras di wajah Bryan, ia tidak menyangka bahwa kekasih yang dicintainya telah meninggalkan dunia ini. Ia tak tahu harus berkata apalagi. Sejak mengetahui hal itu, hampir setiap hari Bryan mengunjungi danau tempat kenangan yang ia lalui bersama Inka. Disana ia selalu meletakkan bunga mawar merah. Dia sendiripun tak tahu entah sampai kapan ia melakukan hal itu …..
“Jika saatnya nanti aku berhenti bernafas, jadikanlah aku surga terakhir yang kau kenang. Seperti diriku yang sampai akhir nanti akan tetap menjadikanmu surga terindah dalam hidupku” janji Bryan dalam hati
Dear my brother Bryan,
Terima kasih buat semua yang udah kamu kasih ke kakakku. Ia sungguh beruntung mempunyai seorang kekasih sepertimu. Karna aku, dia merelakan kebahagiaannya sendiri. Mungkin selama ini kamu bertanya-tanya mengapa sikap Inka berubah seperti ini. Ya, aku ini Chika saudara kembar dari Inka. Selama ini aku hidup terpisah dengan Kak Inka. Karna paman tidak memiliki keturunan, maka ia diijinkan untuk mengasuhku. Meskipun aku di Singapura dan kakak di Jakarta, hubungan kami terasa erat sekali.
Suatu hari dokter memvonis jika jantungku tidak dapat bekerja dengan maksimal lagi. Mendengar ini Kak Inka langsung terbang ke Singapura dan ia bersedia mendonorkan jantungnya. Tapi semua keluarga menentangnya, dan aku sendiripun mendengar pertengkaran hebat itu …
“Papa, mama Inka mau mendonorkan jantung Inka buat adek”
“Apaaa? Inka, kamu nggak usah berbuat seperti itu” sahut Papanya dengan nada menentang
“Tapi papa, Inka selama ini sudah hidup dengan bahagia. Sedangkan adek? Ia jarang keluar rumah karna dokter khawatir jika jantungnya kambuh lagi. Inka sudah cukup untuk menikmati dunia ini. Sekarang giliran adek yang merasakannya. Kasian jika ia terus-terusan dilarang untuk melakukan sesuatu yang diinginkannya” tutur inka
“Tapi sayang, kamu nggak harus berbuat yang seperti ini”
“Mama, tolong hargai keputusan Inka”
“Tapi dokter tidak membolehkan jika pendonor jantung dalam keadaan yang sehat” jawab paman inka
Kak inka terdiam sejenak, ia lalu memutuskan untuk pergi ke kamar mandi. Disana ia memotong nadinya, sebelum itu ia mengirimkan SMS kepada pamannya
From Inka
+6285727709922
Paman, Inka siap untuk mendonorkan jantung Inka.
Suruh dokter untuk segera melakukkan operasi. Inka
sekarang sudah siap di toilet.
Lalu paman, papa dan mama sontak langsung menuju ke toilet terdekat, ia melihat Inka sudah bersimbah darah. Ia memotong nadinya sendiri. Tubuhnya sudah tak bernyawa akibat kehilangan banyak darah. Lalu dokter melakukan operasi cangkok jantung untukku, oleh karna itu sekarang aku masih bisa bertahan hidup. Ini semua karna pengorbanan besar kak Inka.
Sebenarnya, saat di Jakarta kemarin aku ingin mengucapkan rasa terima kasihku kepadamu karna kamu telah menemani Kak Inka selama ini. Tapi aku tidak tega melakukkan itu semua. Lalu aku memutuskan untuk menulis surat ini. Maaf telah sedikit berbohong kepadamu, sekali lagi terima kasih.
Your sister,
Chika
Sontak air mata mengalir deras di wajah Bryan, ia tidak menyangka bahwa kekasih yang dicintainya telah meninggalkan dunia ini. Ia tak tahu harus berkata apalagi. Sejak mengetahui hal itu, hampir setiap hari Bryan mengunjungi danau tempat kenangan yang ia lalui bersama Inka. Disana ia selalu meletakkan bunga mawar merah. Dia sendiripun tak tahu entah sampai kapan ia melakukan hal itu …..
“Jika saatnya nanti aku berhenti bernafas, jadikanlah aku surga terakhir yang kau kenang. Seperti diriku yang sampai akhir nanti akan tetap menjadikanmu surga terindah dalam hidupku” janji Bryan dalam hati
Kamulah Surga Terakhirku (Part 5)
Pembicaraan mereka semakin malam semakin bertambah hangat. Dibawah langit yang bertaburkan bintang mereka duduk berdua layaknya sepasang kekasih yang akan menikah saja. Tiba-tiba
“Hey, lihat itu. Ada bintang jatuh”
“Make a wish” sahut Inka
Sesaat mereka berdua memejamkan mata dan meminta sebuah permohonan dalam hati
“Apa permintaanmu malam ini?” kata Inka
“Aku minta sama Tuhan agar kita bisa seperti dulu lagi” sahut Bryan sambil tersenyum simpul
“Inkaaa? Kamu maukan kembali mengisi hari-hariku lagi seperti dulu?” lanjut Bryan sembari memegang bahu Inka untuk menatap matanya. Tapi apa yang terjadi? Air mata membasahi wajah Inka. Ini serasa Bryan kembali memutar kejadian 1 tahun lalu yang ia lalui bersama Inka dihari terakhir pertemuan nya dengan Inka.
“Jangan pergi lagi sayang” kata Bryan sedikit memohon penuh harap
“Sori Bryan, ini udah malem. Kita pulang yuk” jawab Inka sambil mencoba melepaskan diri dari pelukan Bryan
“Oh maaf, aku kelewatan yaa?”
“Eh enggak papa kok” kata Inka
Selama perjalanan pulang, tidak ada percakapan di antara mereka. Yang ada hanya suara berisik kendaraan lain yang ikut melintas malam itu. Tanpa sepengetahuan Bryan, Inka memasukan sepucuk kertas didalam kantong jaket Bryan. Sesampainya di rumah Inka …
“Udah sampek nih” kata Bryan
“Iyaa .. aku makasih ya udah mau nganterin aku”
“Sama-sama. Udah sana buruan masuk, entar dicariin mamah lagi hehe”
“yaudah, kamu ati-ati dijalan ya”
“Iyaaa .. bye”
“Bye” sahut Inka sambil melambaikan tangannya ke arah Bryan
“Hey, lihat itu. Ada bintang jatuh”
“Make a wish” sahut Inka
Sesaat mereka berdua memejamkan mata dan meminta sebuah permohonan dalam hati
“Apa permintaanmu malam ini?” kata Inka
“Aku minta sama Tuhan agar kita bisa seperti dulu lagi” sahut Bryan sambil tersenyum simpul
“Inkaaa? Kamu maukan kembali mengisi hari-hariku lagi seperti dulu?” lanjut Bryan sembari memegang bahu Inka untuk menatap matanya. Tapi apa yang terjadi? Air mata membasahi wajah Inka. Ini serasa Bryan kembali memutar kejadian 1 tahun lalu yang ia lalui bersama Inka dihari terakhir pertemuan nya dengan Inka.
“Jangan pergi lagi sayang” kata Bryan sedikit memohon penuh harap
“Sori Bryan, ini udah malem. Kita pulang yuk” jawab Inka sambil mencoba melepaskan diri dari pelukan Bryan
“Oh maaf, aku kelewatan yaa?”
“Eh enggak papa kok” kata Inka
Selama perjalanan pulang, tidak ada percakapan di antara mereka. Yang ada hanya suara berisik kendaraan lain yang ikut melintas malam itu. Tanpa sepengetahuan Bryan, Inka memasukan sepucuk kertas didalam kantong jaket Bryan. Sesampainya di rumah Inka …
“Udah sampek nih” kata Bryan
“Iyaa .. aku makasih ya udah mau nganterin aku”
“Sama-sama. Udah sana buruan masuk, entar dicariin mamah lagi hehe”
“yaudah, kamu ati-ati dijalan ya”
“Iyaaa .. bye”
“Bye” sahut Inka sambil melambaikan tangannya ke arah Bryan
Kamulah Surga Terakhirku (Part 4)
1 tahun lamanya tak ada kabar dari Inka. Keadaan Bryanpun juga lebih baik sekarang, meski ia belum memutuskan untuk mencari pengganti Inka. Karna ia masih berharap Inka akan kembali suatu saat nanti, entah kapan pastinya. Suatu sore Bryan berniat untuk menuju ke danau itu, sesampainya disana ia segera menuju ke pinggir danau. Disana ia melihat seorang wanita yang sedang duduk bermain air, ia sedikit heran karna tak banyak orang yang tau mengenai danau ini. Ia mencoba mendekati wanita itu, tampaknya ia tak asing dengan wanita ini.
“Inkaaaaaaaaaa!” teriak Bryan dari kejauhan. Gadis itupun langsung menengok kea rah datangnya suara itu.
“Inka .. akhirnya kau datang juga. Aku sudah menunggumu sejak awal kepergianmu. Aku yakin suatu hari kau pasti akan kembali. Dan sekarang datanglah hari itu” ungkap Bryan dengan gembira
“Iyaaa .. Bryan”
“Kamu tidak senang kita bisa bertemu lagi?” kata Bryan lirih
“Enggak Bryan , hehe”
“Kenapa dulu nggak ngasih tau aku sih kalo mo pergi ke Singapura? kamu khawatir jika aku menunggumu terlalu lama?”
“Iyaaaa”
“Jangan begitu, karna apapun yang terjadi aku tetap akan menunggumu”
“Bryaaaan“
Hari-hari Bryan terasa ceria kembali seperti dulu saat Inka disini. Ia sangat senang saat kekasihnya datang kembali. Tapi Ia merasa jika Inka yang dulu sangat berbeda dengan sekarang. Inka yang sekarang begitu pendiam, berbeda dengan Inka yang dulu yang selalu banyak bicara. Sifat itulah yang membuat Bryan sedikit kehilangan sesuatu dari diri Inka. Yang ada dipikran Bryan saat itu ialah mungkin Inka sudah mati rasa terhadapnya dan mungkin juga Bryan terlalu berharap terhadap Inka. Suatu sore Bryan pergi ke danau itu, seperti biasa danau itu sepi saat ia mendekati pinggiran danau itu, dia melihat se-bouquet bunga mawar merah yang berada disana. Tak tau kenapa pikiran Bryan saat itu tertuju kepada Inka. Beberapa saat kemudian ...... grrr..grrr suara getar HP dari Bryan, ternyata SMS itu dari nomer tak dikenalnya
From +6285727709922
Kau sudah melihatnya?
Ya, mawar itu dariku ..
To +6285727709922
Kamu sekarang dimana, Inka?
Tapi tidak ada balasan dari Inka. Bryan semakih heran dengan sikap Inka yang sekarang terhadapnya. Jutek, pendiem ah yang jelas beda banget deh sama Inka yang dulu gerutu Bryan dalam hatinya. Suatu hari Bryan mencoba untuk menelpon Inka hanya sekedar untuk menanyakan keadaannya saat itu, jika sedang beruntung mungkin Inka mau untuk diajak keluar dengan Bryan.
“Because tonight will be the night that I will….” Belum selesai nada dering dari HP itu terdengar suara seorang wanita
“Halo? Ada apa Bryan?” jawab gadis itu
“Hm Inka .. kamu sibuk nggak? keluar yuk? Ehehe” kata Bryan dalam pembicaraan sore itu
“Boleh deh .. ketemu di danau aja ya jam tujuh”
“Siaap boss !” sahut Bryan dengan riangnya
“Oke byee”
“Byee” kata Bryan sambil mengakhiri pembicaraan via telepon itu
Setelah pembicaraan itu, Bryanpun ketiduran karna seharian tadi ia menemani Randy untuk menjenguk pacarnya yang sedang sakit. Saat terbangun, jam dikamarnya sudah menunjukkan pukul 18.50 WIB.
“Mampuuss! Gue telat nih !!” umpat Bryan
Sesegera ia memanasi mesin motornya dan beberapa saat kemudian ia langsung berangkat menuju danau itu. Sesampainya disana waktu menunjukkan pukul 19.15 WIB. Saat turun dari motornya, ia melihat Inka sedang berdiri di pinggir danau dan melemparkan setangkai demi tangkai bunga mawar yang dibawanya ..
“Inkaaa?” kata Bryan memecah keheningan malam itu
“Udah dateng yaa” sahut Inka
“Sorry telat , tadi aku ketiduran ehehe”
“Nggak papa kok. Aku juga belum lama sampe sini”
“Maaf udah mbikin kamu nunggu” kata Bryan sedikit menyesal
“Iyaa, santai aja kali”
“Inkaaaaaaaaaa!” teriak Bryan dari kejauhan. Gadis itupun langsung menengok kea rah datangnya suara itu.
“Inka .. akhirnya kau datang juga. Aku sudah menunggumu sejak awal kepergianmu. Aku yakin suatu hari kau pasti akan kembali. Dan sekarang datanglah hari itu” ungkap Bryan dengan gembira
“Iyaaa .. Bryan”
“Kamu tidak senang kita bisa bertemu lagi?” kata Bryan lirih
“Enggak Bryan , hehe”
“Kenapa dulu nggak ngasih tau aku sih kalo mo pergi ke Singapura? kamu khawatir jika aku menunggumu terlalu lama?”
“Iyaaaa”
“Jangan begitu, karna apapun yang terjadi aku tetap akan menunggumu”
“Bryaaaan“
Hari-hari Bryan terasa ceria kembali seperti dulu saat Inka disini. Ia sangat senang saat kekasihnya datang kembali. Tapi Ia merasa jika Inka yang dulu sangat berbeda dengan sekarang. Inka yang sekarang begitu pendiam, berbeda dengan Inka yang dulu yang selalu banyak bicara. Sifat itulah yang membuat Bryan sedikit kehilangan sesuatu dari diri Inka. Yang ada dipikran Bryan saat itu ialah mungkin Inka sudah mati rasa terhadapnya dan mungkin juga Bryan terlalu berharap terhadap Inka. Suatu sore Bryan pergi ke danau itu, seperti biasa danau itu sepi saat ia mendekati pinggiran danau itu, dia melihat se-bouquet bunga mawar merah yang berada disana. Tak tau kenapa pikiran Bryan saat itu tertuju kepada Inka. Beberapa saat kemudian ...... grrr..grrr suara getar HP dari Bryan, ternyata SMS itu dari nomer tak dikenalnya
From +6285727709922
Kau sudah melihatnya?
Ya, mawar itu dariku ..
To +6285727709922
Kamu sekarang dimana, Inka?
Tapi tidak ada balasan dari Inka. Bryan semakih heran dengan sikap Inka yang sekarang terhadapnya. Jutek, pendiem ah yang jelas beda banget deh sama Inka yang dulu gerutu Bryan dalam hatinya. Suatu hari Bryan mencoba untuk menelpon Inka hanya sekedar untuk menanyakan keadaannya saat itu, jika sedang beruntung mungkin Inka mau untuk diajak keluar dengan Bryan.
“Because tonight will be the night that I will….” Belum selesai nada dering dari HP itu terdengar suara seorang wanita
“Halo? Ada apa Bryan?” jawab gadis itu
“Hm Inka .. kamu sibuk nggak? keluar yuk? Ehehe” kata Bryan dalam pembicaraan sore itu
“Boleh deh .. ketemu di danau aja ya jam tujuh”
“Siaap boss !” sahut Bryan dengan riangnya
“Oke byee”
“Byee” kata Bryan sambil mengakhiri pembicaraan via telepon itu
Setelah pembicaraan itu, Bryanpun ketiduran karna seharian tadi ia menemani Randy untuk menjenguk pacarnya yang sedang sakit. Saat terbangun, jam dikamarnya sudah menunjukkan pukul 18.50 WIB.
“Mampuuss! Gue telat nih !!” umpat Bryan
Sesegera ia memanasi mesin motornya dan beberapa saat kemudian ia langsung berangkat menuju danau itu. Sesampainya disana waktu menunjukkan pukul 19.15 WIB. Saat turun dari motornya, ia melihat Inka sedang berdiri di pinggir danau dan melemparkan setangkai demi tangkai bunga mawar yang dibawanya ..
“Inkaaa?” kata Bryan memecah keheningan malam itu
“Udah dateng yaa” sahut Inka
“Sorry telat , tadi aku ketiduran ehehe”
“Nggak papa kok. Aku juga belum lama sampe sini”
“Maaf udah mbikin kamu nunggu” kata Bryan sedikit menyesal
“Iyaa, santai aja kali”
Kamulah Surga Terakhirku (Part 3)
Begini isi suratnya ….
Dear my beloved Bryan,
Sayang, terima kasih buat semua yang udah kamu kasih ke aku. Mulai dari kasih sayang, bingkisan, bunga mawar kesukaanku, waktu kamu, pokoknya semuanya. Aku beruntung bisa mengenalmu. Aku beruntung Tuhan pernah mengizinkanku untuk masuk ke kehidupanmu. Aku mungkin orang paling beruntung sedunia karna aku bisa bersamamu sampai saat ini.
Tapi mungkin aku orang terbodoh di dunia karna sudah melepaskanmu. Aku mungkin orang terjahat sedunia, aku tidak berani mengungkapkan kepergianku ini.
Maaf pernah membuatmu khawatir, maaf pernah membuatmu marah, maaf sering membuatmu kecewa. Maaf aku tidak bisa bersamamu untuk selamanya ….
Inka
“Apa ini? Ini nggak mungkin! Inka pasti bercanda deh, dia mah kelewatan sekarang” ungkap Bryan dalam hati. Sesegera ia menuju rumah Inka untuk memastikan isi surat itu. Sesampainya di rumah Inka, Ia langsung mengetuk pintu. Tetapi yang keluar malah Mbok Surti, pembantu di rumah Inka.
“Oh mas Bryan, ada apa ya mas? Kok pagi-pagi udah kesini sih?” kata Mbok Surti
“Inka mana mbok? Bryan mo ketemu dia.”
“Hloh? Mbak Inka enggak pamitan sama Mas Bryan?” sahut mbok Surti
“Pamitan? Emang Inka mau kemana mbok?”
“Mbak Inka, nyonya sama tuan kan berangkat ke Singapura”
“HAAAHH? Mbok Surti serius?”
“Iyalah mas, buat apaan juga simbok bo’ong?”
“Inka berangkat kapan mbok?”
“Tadi pagi-pagi banget mas, kalau mas mau ke bandara kayaknya udah telat deh mas”
“Yaudah, makasih ya mbok buat infonya”
“Sama-sama mas”
Sekujur tubuh Bryan terasa lemas sekali, ia tidak menyangka bahwa malam tadi adalah pertemuannya terakhir dengan Inka. Ia mencoba menelpon Inka, tapi nomernya pun sudah tidak aktif.
“KENAPA KAU LAKUKAN INI PADAKU !!! JAWAB INKAAA !!” teriak Bryan di pinggir danau tempat favorit mereka berdua
Hari-hari Bryan tampak tak seindah dulu tanpa Inka dia merasa tak bersemangat untuk menyambut hari esok. Nilai-nilai Bryan disekolahpun merosot.
“Lo kenapa jadi gini sih? Inka kagak kenapa-kenapa kan?” kata Randy
“Dia nggak papa kok” jawab Bryan
“Ah Lo gimana sih, Ran ! bukan Inka yang kenapa-kenapa, tapi Bryan tu” sahut Putri yang langsung ikut dalam pembicaraan saat istirahat itu
“Gue denger Inka pindah ke Singapura yaa? Lo yang sabar ya” kata Putri
“Iyaa … thanks put” jawab Bryan
“WHAAATT? Ke Singapura? Muke gile kali ya tu anak, ngapain disana coba?” sahut Randy
“Gue juga nggak tau Ran, dia aja nggak pamit sama gue” ungkap Bryan
“Oh MY GOSH !! dia nggak waras kali yaaa!” jawab Randy
“Husssh .. jaga mulut Lo !” kata Putri
“Sorry yaan” sesal Randy
“Nggak papa kok” jawab Bryan
Dear my beloved Bryan,
Sayang, terima kasih buat semua yang udah kamu kasih ke aku. Mulai dari kasih sayang, bingkisan, bunga mawar kesukaanku, waktu kamu, pokoknya semuanya. Aku beruntung bisa mengenalmu. Aku beruntung Tuhan pernah mengizinkanku untuk masuk ke kehidupanmu. Aku mungkin orang paling beruntung sedunia karna aku bisa bersamamu sampai saat ini.
Tapi mungkin aku orang terbodoh di dunia karna sudah melepaskanmu. Aku mungkin orang terjahat sedunia, aku tidak berani mengungkapkan kepergianku ini.
Maaf pernah membuatmu khawatir, maaf pernah membuatmu marah, maaf sering membuatmu kecewa. Maaf aku tidak bisa bersamamu untuk selamanya ….
Inka
“Apa ini? Ini nggak mungkin! Inka pasti bercanda deh, dia mah kelewatan sekarang” ungkap Bryan dalam hati. Sesegera ia menuju rumah Inka untuk memastikan isi surat itu. Sesampainya di rumah Inka, Ia langsung mengetuk pintu. Tetapi yang keluar malah Mbok Surti, pembantu di rumah Inka.
“Oh mas Bryan, ada apa ya mas? Kok pagi-pagi udah kesini sih?” kata Mbok Surti
“Inka mana mbok? Bryan mo ketemu dia.”
“Hloh? Mbak Inka enggak pamitan sama Mas Bryan?” sahut mbok Surti
“Pamitan? Emang Inka mau kemana mbok?”
“Mbak Inka, nyonya sama tuan kan berangkat ke Singapura”
“HAAAHH? Mbok Surti serius?”
“Iyalah mas, buat apaan juga simbok bo’ong?”
“Inka berangkat kapan mbok?”
“Tadi pagi-pagi banget mas, kalau mas mau ke bandara kayaknya udah telat deh mas”
“Yaudah, makasih ya mbok buat infonya”
“Sama-sama mas”
Sekujur tubuh Bryan terasa lemas sekali, ia tidak menyangka bahwa malam tadi adalah pertemuannya terakhir dengan Inka. Ia mencoba menelpon Inka, tapi nomernya pun sudah tidak aktif.
“KENAPA KAU LAKUKAN INI PADAKU !!! JAWAB INKAAA !!” teriak Bryan di pinggir danau tempat favorit mereka berdua
Hari-hari Bryan tampak tak seindah dulu tanpa Inka dia merasa tak bersemangat untuk menyambut hari esok. Nilai-nilai Bryan disekolahpun merosot.
“Lo kenapa jadi gini sih? Inka kagak kenapa-kenapa kan?” kata Randy
“Dia nggak papa kok” jawab Bryan
“Ah Lo gimana sih, Ran ! bukan Inka yang kenapa-kenapa, tapi Bryan tu” sahut Putri yang langsung ikut dalam pembicaraan saat istirahat itu
“Gue denger Inka pindah ke Singapura yaa? Lo yang sabar ya” kata Putri
“Iyaa … thanks put” jawab Bryan
“WHAAATT? Ke Singapura? Muke gile kali ya tu anak, ngapain disana coba?” sahut Randy
“Gue juga nggak tau Ran, dia aja nggak pamit sama gue” ungkap Bryan
“Oh MY GOSH !! dia nggak waras kali yaaa!” jawab Randy
“Husssh .. jaga mulut Lo !” kata Putri
“Sorry yaan” sesal Randy
“Nggak papa kok” jawab Bryan
Kamulah Surga Terakhirku (Part 2)
Beberapa saat kemudian …
“Sayang, lihat itu ! ada bintang jatuh, ayo make a wish” kata Bryan
“HA? Itu lelucon jaman kapan Bryan?”
“Udah deh buruan, tapi dalam hati ngomongnya” sahut Bryan
“Sayang, kalo boleh tau tadi kamu minta apa?” kata Inka
“Aku minta supaya kita tetap terus seperti ini sampai akhir” jawab Bryan
Tiba-tiba air mata membasahi wajah cantiknya .. Bryan shock melihat Inka menangis, lalu …
“Sayang, aku salah ya ngomong gitu?” kata Bryan sedikit bersalah
“Enggak kok sayang, aku bahagia aja bisa duduk disini sama kamu. Aku nggak nyangka kamu baik banget sama aku” kata Inka
“Ya udah, jangan nangis lagi ya. Kan aku masih disini” sahut Bryan sambil mengusap airmata di wajah Inka
“Terima kasih Bryan”
“Iya sayaaang”
Hati Inka rasanya begitu sakit apabila Ia melihat Bryan. Ia tidak tega mengatakan bahwa ini adalah pertemuan terakhir mereka. Ya, sebentar lagi Inka akan pergi ke Singapura.
“Sayang, pulang yuk. Udah malem nih, entar dicariin mamah kamu lagi” kata Bryan
Tiba-tiba Inka memeluk Bryan dengan eratnya dan menangis sesenggukan di pelukannya. Maka tambah heranlah kekasihnya itu.
“Kamu kenapa sih sayang? Aku mbikin salah ya?”
“Kamu nggak salah sayang. Aku yang salah. Maaf”
“Ngomong apaan sih kamu? Nggak ada yang salah kok. Buruan naik gih” jawab Bryan
Di dalam perjalanan, Inka memeluk Bryan dengan begitu kencangnya seakan-akan ia tidak rela jika malam itu mereka harus berpisah. Sesampainya didepan rumah Inka ….
“Sayang, aku punya sesuatu untukmu”
“Apaan? Penasaran nih!” sahut Bryan
“Bentar ya, aku ambil ke rumah dulu, kamu jangan pulang dulu”
“Iyaaaa” jawab Bryan. Sesaat kemudian Inka datang dengan membawa sekotak bingkisan
“Nih buat kamu, maaf aku nggak bisa ngasih yang lebih. hehe” kata Inka
“Aku yang minta maaf sayang, aku malah nggak bisa kasih apa-apa ke kamu”
“Nggak papa sayang, kamu disisiku selama ini udah merupakan sebuah hadiah terindah yang kamu beri”
“ehehe jadi malu. Yaudah sana buruan masuk”
“Iyaiya .. kamu hati-hati dijalan ya. Nggak usah ngebut-ngebut”
“Oke deh sayangkuu” jawab Bryan
Tiba-tiba Inka mencium pipi Bryan, kekasihnya itupun kaget. Pipinya langsung memerah
“Bye sayang” kata Inka sambil menuju ke dalam rumah
“Bbbbb .. byeeeee” sahut Bryan
Selama perjalanan menuju rumah, senyum indah tampak menghiasi wajah Bryan. Tetapi berbeda halnya dengan Inka. Di kamar, ia menangis dengan kencangnya. Pagi harinya saat matahari sudah terbit begitu tingginya, Bryan sesegera tebangun dan langsung mencari HP’nya untuk menelpon kekasihnya itu. Akan tetapi nomer Inka tidak aktif. Bryan berpikiran bahwa mungkin Inka masih tidur. Karna kebiasaan Inka ialah mematikan HP saat masih tertidur. Teringatlah Bryan akan bingkisan yang Inka berikan malam tadi. Isinya berupa sebuah jaket dan tampak sebuah surat diatasnya. Bryan tampak senang dengan pemberian Inka ini, saat membuka isi suratnya senyum Bryan berubah menjadi derai air mata.
“Sayang, lihat itu ! ada bintang jatuh, ayo make a wish” kata Bryan
“HA? Itu lelucon jaman kapan Bryan?”
“Udah deh buruan, tapi dalam hati ngomongnya” sahut Bryan
“Sayang, kalo boleh tau tadi kamu minta apa?” kata Inka
“Aku minta supaya kita tetap terus seperti ini sampai akhir” jawab Bryan
Tiba-tiba air mata membasahi wajah cantiknya .. Bryan shock melihat Inka menangis, lalu …
“Sayang, aku salah ya ngomong gitu?” kata Bryan sedikit bersalah
“Enggak kok sayang, aku bahagia aja bisa duduk disini sama kamu. Aku nggak nyangka kamu baik banget sama aku” kata Inka
“Ya udah, jangan nangis lagi ya. Kan aku masih disini” sahut Bryan sambil mengusap airmata di wajah Inka
“Terima kasih Bryan”
“Iya sayaaang”
Hati Inka rasanya begitu sakit apabila Ia melihat Bryan. Ia tidak tega mengatakan bahwa ini adalah pertemuan terakhir mereka. Ya, sebentar lagi Inka akan pergi ke Singapura.
“Sayang, pulang yuk. Udah malem nih, entar dicariin mamah kamu lagi” kata Bryan
Tiba-tiba Inka memeluk Bryan dengan eratnya dan menangis sesenggukan di pelukannya. Maka tambah heranlah kekasihnya itu.
“Kamu kenapa sih sayang? Aku mbikin salah ya?”
“Kamu nggak salah sayang. Aku yang salah. Maaf”
“Ngomong apaan sih kamu? Nggak ada yang salah kok. Buruan naik gih” jawab Bryan
Di dalam perjalanan, Inka memeluk Bryan dengan begitu kencangnya seakan-akan ia tidak rela jika malam itu mereka harus berpisah. Sesampainya didepan rumah Inka ….
“Sayang, aku punya sesuatu untukmu”
“Apaan? Penasaran nih!” sahut Bryan
“Bentar ya, aku ambil ke rumah dulu, kamu jangan pulang dulu”
“Iyaaaa” jawab Bryan. Sesaat kemudian Inka datang dengan membawa sekotak bingkisan
“Nih buat kamu, maaf aku nggak bisa ngasih yang lebih. hehe” kata Inka
“Aku yang minta maaf sayang, aku malah nggak bisa kasih apa-apa ke kamu”
“Nggak papa sayang, kamu disisiku selama ini udah merupakan sebuah hadiah terindah yang kamu beri”
“ehehe jadi malu. Yaudah sana buruan masuk”
“Iyaiya .. kamu hati-hati dijalan ya. Nggak usah ngebut-ngebut”
“Oke deh sayangkuu” jawab Bryan
Tiba-tiba Inka mencium pipi Bryan, kekasihnya itupun kaget. Pipinya langsung memerah
“Bye sayang” kata Inka sambil menuju ke dalam rumah
“Bbbbb .. byeeeee” sahut Bryan
Selama perjalanan menuju rumah, senyum indah tampak menghiasi wajah Bryan. Tetapi berbeda halnya dengan Inka. Di kamar, ia menangis dengan kencangnya. Pagi harinya saat matahari sudah terbit begitu tingginya, Bryan sesegera tebangun dan langsung mencari HP’nya untuk menelpon kekasihnya itu. Akan tetapi nomer Inka tidak aktif. Bryan berpikiran bahwa mungkin Inka masih tidur. Karna kebiasaan Inka ialah mematikan HP saat masih tertidur. Teringatlah Bryan akan bingkisan yang Inka berikan malam tadi. Isinya berupa sebuah jaket dan tampak sebuah surat diatasnya. Bryan tampak senang dengan pemberian Inka ini, saat membuka isi suratnya senyum Bryan berubah menjadi derai air mata.
Kamulah Surga Terakhirku (Part 1)
Aku masih menunggumu disini. Kata-kata itulah yang selalu muncul di dalam pikiran Bryan. Pemuda tampan yang duduk di kelas 2 salah satu SMA favorit di Jakarta. Duduk terdiam di pinggiran sebuah danau. Ia tak tahu entah berapa lama lagi ia harus menunggu kekasihnya kembali. Inka namanya. Gadis berparas manis yang sudah berpacaran dengan Bryan sejak masih kelas 1 SMP dulu.
Beberapa bulan yang lalu …..
“Sayang, maen yuk .. boring ni di rumah” kata Inka dalam pembicaraan via telepon
“Eh? Ini udah malem sayang. Maennya besok aja yaa” jawab Bryan
“Ah ! Tapi aku maunya sekarang sayang. Kamu nggak mau ngrayain anniversary kita ni?”
“Hloh , kan tadi udah makan-makan juga sama temen-temen sayang” sahut Bryan
“Kalo sekarang kan berdua. Mau ya sayang? Plissss” bujuk Inka
“Yaudah deh .. aku ganti baju dulu, abis itu aku langsung njemput kamu di rumah”
“Sayang baik deh, oke aku tunggu. Hati-hati di jalan yaa. Bye”
“Iyaa sayang , bye” sahut Bryan sambil menutup telepon miliknya
20 menit kemudian, Bryan sampai di depan rumah Inka. Kala itu jam tepat menunjukkan pukul 18.50 WIB. Lalu ia membunyikan klaskson motornya, pertanda agar Inka segera keluar dari rumahnya. Akhirnya yang ditunggupun datang .. Inka tampak cantik malam itu, sweeter pemberian dari Bryanpun menambah sempurna penampilan Inka malam itu.
“Ayo jalan” kata Inka dengan gembira
“Kamu kan belum naik sayang, mau ni aku tinggal?”
“Kok kamu gitu sih, marah aaah” goda Inka
“Nah tu kan mulai lagi, udah yuk buruan berangkat”
“Tancaaaaap!” sahut Inka dengan riangnya
Sampai di sebuah danau, Bryanpun mematikan mesin motornya dan Inkapun berjalan kea rah pinggir danau. Ya danau itu adalah tempat pertama kali mereka bertemu. Itu juga merupakan tepat favorit mereka berdua karna disana, tak tampak hiruk pikuk kemacetan di Jakarta. Yang ada hanya suara jangkrik yang sedang keluar mencari mangsa.
“Sayang kesini” teriak Inka
“Iya bentar sayang” kata Bryan sambil berjalan ke arah Inka
“Sayang, bintangnya bagus ya” kata Inka
“Tapi ada yang lebih bagus dari semua bintang-bintang itu” sahut Bryan
“Ada ya? Apaan itu? Pasti bagus banget deh”
“Kamu sayaaaang” jawab Bryan
“Bryaaan” kata Inka sambil tersipu malu
Beberapa bulan yang lalu …..
“Sayang, maen yuk .. boring ni di rumah” kata Inka dalam pembicaraan via telepon
“Eh? Ini udah malem sayang. Maennya besok aja yaa” jawab Bryan
“Ah ! Tapi aku maunya sekarang sayang. Kamu nggak mau ngrayain anniversary kita ni?”
“Hloh , kan tadi udah makan-makan juga sama temen-temen sayang” sahut Bryan
“Kalo sekarang kan berdua. Mau ya sayang? Plissss” bujuk Inka
“Yaudah deh .. aku ganti baju dulu, abis itu aku langsung njemput kamu di rumah”
“Sayang baik deh, oke aku tunggu. Hati-hati di jalan yaa. Bye”
“Iyaa sayang , bye” sahut Bryan sambil menutup telepon miliknya
20 menit kemudian, Bryan sampai di depan rumah Inka. Kala itu jam tepat menunjukkan pukul 18.50 WIB. Lalu ia membunyikan klaskson motornya, pertanda agar Inka segera keluar dari rumahnya. Akhirnya yang ditunggupun datang .. Inka tampak cantik malam itu, sweeter pemberian dari Bryanpun menambah sempurna penampilan Inka malam itu.
“Ayo jalan” kata Inka dengan gembira
“Kamu kan belum naik sayang, mau ni aku tinggal?”
“Kok kamu gitu sih, marah aaah” goda Inka
“Nah tu kan mulai lagi, udah yuk buruan berangkat”
“Tancaaaaap!” sahut Inka dengan riangnya
Sampai di sebuah danau, Bryanpun mematikan mesin motornya dan Inkapun berjalan kea rah pinggir danau. Ya danau itu adalah tempat pertama kali mereka bertemu. Itu juga merupakan tepat favorit mereka berdua karna disana, tak tampak hiruk pikuk kemacetan di Jakarta. Yang ada hanya suara jangkrik yang sedang keluar mencari mangsa.
“Sayang kesini” teriak Inka
“Iya bentar sayang” kata Bryan sambil berjalan ke arah Inka
“Sayang, bintangnya bagus ya” kata Inka
“Tapi ada yang lebih bagus dari semua bintang-bintang itu” sahut Bryan
“Ada ya? Apaan itu? Pasti bagus banget deh”
“Kamu sayaaaang” jawab Bryan
“Bryaaan” kata Inka sambil tersipu malu


